Tiket Dufan merupakan tiket terusan, jadi pengunjung hanya membayar sekali saja waktu masuk dan bebas naik wahana apa saja. Untuk tiket masuk Dufan saat weekend adalah sebesar Rp 250.000. Jika datang ke Dufan pada weekdays (hari kerja), tiket masuknya hanya sebesar Rp 220.000 (walau sepertinya ketika 1 April 2013 nanti harganya turun menjadi Rp 150.000 saja). Sebelumnya, tiket masuk ke area Ancol sendiri pun juga bayar. Hal ini pernah diperdebatkan oleh penduduk di sekitar Ancol dengan menuntut pembebasan biaya masuk ke daerah area Ancol.
Dunia Fantasi, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta
Pintu masuk Dufan
Saya dan rombongan masuk ke Dufan begitu pintu masuk dibuka pada pukul 10.00. Begitu masuk Dufan wahana yang dituju adalah bom-bom car, atau waktu kecil saya menyebutnya dengan mobil senggol (di Dufan namanya Baku Toki). Cukup bernostalgia tentunya dengan permainan ini. Bom-bom car yang sering saya naiki juga di Matahari Klaten ternyata asyik juga, hahhaa. Setelah itu adalah Hysteria. Wahana yang memanfaatkan hidrolik sebagai daya dorongnya, cukup seru juga. Apalagi jika sudah sampai atas dan turun. Sensasinya lumayan bro, tapi cuma sebentar saja sih.
Wahana selanjutnya adalah Kora-Kora. Wahana yang umum dan ada dimana-mana bahkan di pasar malam sekalipun. Bagaimanapun Kora-Kora cukup membuat menarik nafas dalam-dalam. Apalagi jika menaikinya di bagian perahu paling ujung, lebih terasa sensasinya. Setelah itu kami mencoba naik Halilintar. Walau dalam kecepatan tinggi dan berputar, namun masih kurang efeknya karena hanya berlangsung begitu cepat. Sama dengan Kora-Kora, halilintar saya juga mencoba 2 kali, karena kebetulan antriannya sepi.
Perut mulai berbunyi, dan ternyata sudah jam 12.00. Karena lapar maka kami langsung menuju ke McDonalds yang memang berada di dalam Dufan. Setelah Salat Dhuhur, wahana yang dicoba adalah Perang Bintang. Wahana yang cukup tenang setelah makan siang, karena hanya menembak-nembak musuh dengan laser. Cerdas juga pembuatnya karena sinar laser dibuat identik dan musuh diberi sensor sehingga dapat dihitung poin dari pemain yang menembak-nembaki musuh. Setelah Perang Bintang, Tornado menjadi pilihan. Wahana yang cukup seru karena pengunjung akan bermain dengan ketinggian, diputar-putar serta dibalik-balikkan. Tornado cukup membuat perut mules. Selanjutnya adalah Kicir-Kicir. Kicir-Kicir tidak kalah serunya dengan Tornado karena kita akan diputar-putarkan secara membabi-buta.
Pendinginan setelah tubuh diputar-putar adalah menonton Treasure Land. Treasure Land adalah semacam drama atau teater yang suara pemainnya berasal dari rekaman (lupa istilahnya). Di drama tersebut efek-efek yang dibuat, keseriusan pemainnya serta jalan ceritanya sangat bagus. Setelah menonton drama yang cukup lama, sekitar 45 menit, kami menjalankan Salat Ashar terlebih dahulu.
Rango-rango atau rumah miring adalah rumah yang arsitektur dalam bangunan dibuat miring. Kalau tidak konsentrasi bisa menyebabkan pusing. Selanjutnya adalah bermain dengan air. Riam jeram, atau disebut dengan Niagara Gara, seperti naik perahu yang ada relnya. Cukup untuk membuat basah. Kemudian wahana basah-basahan selanjutnya adalah Arung Jeram. Cukup seru karena wahananya dibuat menyerupai arung jeram di sungai betulan. Seratus persen basah jika naik wahana ini. Bahkan ada pengunjung yang sampai memakai mantol untuk dapat menaiki wahana ini tanpa takut basah. Wahana Ontang Anting cukup untuk membuat baju kering karena berputar seperti komedi putar, tapi dalam skala yang berbeda.
Happy Feet, wahana yang memiliki keunikan ide. Pengunjung akan benar-benar merasakan apa yang dialami oleh pinguin yang melakukan selancar karena pengunjung duduk di kursi goyang. Efek goyangan dan getaran seperti terlihat nyata. Happy Feet menjadi wahana terakhir karena hari sudah Maghrib. Banyak sekali wahana yang belum dicoba.
Selepas Salat Maghrib kami segera menuju ke Bandar Djakarta, restoran yang terletak di dekat pantai, untuk makan malam. Pukul 21.00 kami mulai meninggalkan Bandar Djakarta dan balik ke rumah masing-masing.
No comments:
Post a Comment