Tuesday, December 1, 2009

Waduk Jatiluhur dan Tangkuban Perahu

Ketika melakukan study tour ke wilayah Jakarta dan sekitarnya ketika semester 5, saya dan teman-teman menyempatkan mengunjungi beberapa tempat wisata. Tempat wisata tersebut diantaranya adalah Waduk Jatiluhur dan Gunung Tangkuban Perahu.

Waduk Jatiluhur terletak di Kabupaten Purwakarta, sangat berdekatan dengan tempat study tour kami waktu itu, yaitu di stasiun bumi Lintasarta. Waduk Jatiluhur merupakan salah satu bendungan terbesar yang ada di Indonesia. Terletak sekitar 10 kilometer dari kota Purwakarta.

Seperti halnya waduk-waduk yang ada di Indonesia, Waduk Jatiluhur juga banyak digunakan sebagai pembangkit listrik dan irigasi. Selain itu Waduk Jatiluhur juga digunakan sebagai tempat rekreasi.

Penampakan dari Waduk Jatiluhur

KKL TE UGM berkibar di Waduk Jatiluhur

Karena pada hari itu adalah hari Senin dan bukan hari libur, kawasan Waduk Jatiluhur sangat sepi pengunjung. Kami pun menjadi bebas untuk menikmati keindahan waduk. Kawasan Waduk Jatiluhur terasa sangat sejuk karena berada jauh dari pusat kota. Banyak pepohonan tumbuh disekitar kawasan waduk.

Persewaan kapal boat untuk mengitari Waduk Jatiluhur

Pada hari berikutnya ketika berada di Bandung, kami menyempatkan diri untuk mengunjungi kawasan Tangkuban Perahu. Tangkuban Perahu merupakan gunung berapi yang masih aktif. Gunung Tangkuban Perahu terletak di utara Bandung, lebih tepatnya di utara Lembang. Karena berada di ketinggian sekitar 2000 meter maka udara di Tangkuban Perahu terasa sangat sejuk.

Gunung Tangkuban Perahu memiliki cerita rakyat yang sangat terkenal berkaitan dengan asal-usul Gunung Tangkuban Perahu. Cerita berkaitan dengan anak bernama Sangkuriang yang ingin menikahi ibunya sendiri, walau pada awalnya mereka tidak saling mengenal karena sudah berpisah lama. Untuk mengelak ajakan anaknya tersebut, ibu Sangkuriang, Dayang Sumbi mengajukan permintaan untuk membuat perahu dan telaga untuk membendung Sungai Citarum dalam semalam. Mirip dengan cerita Loro Jonggrong-Bandung Bondowoso, Dayang Sumbi menciptakan cahaya tiruan agar terlihat seperti matahari di ufuk timur. Akibat dari perbuatannya itu makhluk-makhluk halus yang membantu Sangkuriang, dan Sangkuriang pun marah dan menendang perahu yang dibuatnya. Perahu tersebut yang konon katanya menjadi Gunung Tangkuban Perahu. (Untuk cerita Sangkuriang lebih jelasnya bisa dilihat disini)

Gunung Tangkuban Perahu sangat kental dengan bau belerang karena masih terus menyemburkan asap belerang. Jika pengunjung menggunakan bus besar maka bus tidak akan bisa sampai ke atas. Hal yang diharuskan pengunjung adalah dengan naik semacam angkot agar bisa sampai ke atas gunung.

Ketika cuaca mendung di Tangkuban Perahu

Area parkir kawasan Gunung Tangkuban Perahu

Kawah dari Gunung Tangkuban Perahu

Taman wisata alam Gunung Tangkuban Perahu, Bandung - Jawa Barat

Berfoto dengan latar belakang kawah

Tim KKL TE UGM

No comments:

Post a Comment