Tuesday, April 9, 2013

Analogi - Death Note, Sebuah Dunia Baru

A few days ago I posted tweet on my twitter :

> > > > > >

Kira yang dikecewakan oleh hukum, dimana kejahatan tetap merajalela tanpa proses hukum yang jelas, mulai menegakkan hukumnya sendiri #DeathNote.

Kira menuliskan nama-nama penjahat yang muncul di berita, lalu semua penjahat tersebut tewas #DeathNote.

aksi Kira ini mendapat banyak dukungan oleh publik, buah dari hasil kerjanya adalah angka kejahatan menurun drastis #DeathNote.

kedamaian dan ketentraman di masyarakat tercipta, dan Kira pun dianggap sebagai pahlawan bagi sebagian masyarakat #DeathNote.

karena punya kekuatan Kira menjadi gelap mata, semua orang yang menghalangi jalannya dalam membentuk 'dunia baru' juga ikut dibunuh #DeathNote.

tim ivestigasi kepolisian yang menganggap Kira sama saja dengan cool-blooded killer, memburunya dengan L sebagai otak strategi #DeathNote.

akhirnya Kira berhasil ditangkap, Kira tewas dalam penyergapan, dengan bayaran nyawa L #DeathNote.

sepeninggal Kira kejahatan meningkat lagi, ayah Kira lalu bertanya kepada adiknya Kira 'Apakah dunia ini masih memerlukan Kira?' #DeathNote.

Soichiro Yagami: Laws aren't perfect. Because humans who created laws that aren't perfect. #DeathNote.

Soichiro Yagami: However, the laws are evidence of human's struggle to be righteous. #DeathNote.

> > > > > >

Ya, Death Note adalah buku yang bisa membunuh orang dengan hanya menuliskan nama orang di buku tersebut. Terlihat tidak nyata emang, namanya juga film hahaha. Terus, bagaimana dengan nama orang yang sama? Death Note hanya berfungsi jika saat menuliskan nama target, si penulis bisa membayangkan wajahnya. Itu artinya si penulis minimal sudah pernah melihat fotonya. Zzzz (kok malah cerita tentang death Note). Terlepas dari fiktifnya film itu, Death Note mencoba menceritakan tentang penegakan hukum.

NB: cerita Death Note ini adalah versi filmnya ya, karena saya tidak sepenuhnya mengikuti manga maupun animenya.

Film dimulai ketika Raito Yagami menemukan realita bahwa hukum yang ada di negaranya tidak berguna. Orang-orang pelanggar hukum tetap berkeliaran, kalau tertangkap pun tidak mendapatkan hukuman yang sepadan. Maka dari itu Raito menjadi Kira (killer) untuk menghukum orang-orang jahat tersebut. Become a god of the new world.

Sebagian masyarakat pun menganggap Kira sebagai pahlawan karena dapat mengurangi jumlah angka kejahatan di masyarakat. Orang-orang jadi takut untuk melakukan tindak kejahatan karena bisa-bisa mereka dibunuh oleh Kira. Masyarakat tampaknya juga sudah terlalu lelah, capek, resah, khawatir dan menderita atas kejahatan yang terjadi, dan dengan proses hukum yang seperti itu. Mereka menjadi mendukung aksi hate crime (kejahatan kebencian) Kira.

Namun kepolisian tetap berusaha menegakkan hukum yang ada. Mereka menganggap Kira lebih rendah dari penjahat-penjahat yang dibunuhnya. Bagaimana pun aksi main hukum sendiri seperti ini tidak dibenarkan di dalam negara hukum.

Seperti yang pernah dikatakan Soichiro Yagami, ayah Raito sekaligus kepala kepolisian yang bertanggungjawab atas Kira, kepada Raito :

"Hukum itu tidak sempurna, karena manusia yang menciptakan hukum juga tidak sempurna. Namun, hukum yang ada adalah bukti bahwa manusia berjuang untuk kebenaran."

Dengan berakhirnya era Kira maka aksi kejahatan yang terjadi di masyarakat pun kembali meningkat. Dan hal ini menjadi tugas berat bagi kepolisian sebagai lembaga penegak hukum untuk menegakkan hukum yang ada, untuk menghilangkan hal-hal yang meresahkan masyarakat termasuk aksi premanisme.

Epilog ~ Dunia mana yang kau pilih, dunia Kira atau dunia masa sekarang? ~

> > > > > >

Just like.... issue yang sedang hangat-hangatnya berkembang di masyarakat Indonesia saat ini....

No comments:

Post a Comment